10 Alasan Sinetron Anak Jalanan Tidak Mendidik dan Tidak Layak Tonton !

Posted by



Sinetron “Anak Jalanan” Mendapatkan antusiasme besar dan banyak penggemar, sudah seharusnya membuat sinetron ini memberi pesan positif dalam alur ceritanya. Namun pada kenyataannya justru tidak demikian. Banyak pihak menilai sinetron Anak Jalanan RCTI tidak mendidik dan justru merusak proses pembentukan karakter bangsa.

Inilah 10 alasan kenapa sinetron Anak Jalalan dianggap tidak mendidik dan layak tonton :

1. Balapan Liar Bukan Masalah

Dari cover sinetronnya saja kita sudah dapat menebak bahwa sinetron ini banyak menceritakan mengenai “balapan”. Tapi balapan dalam sinetron tidak seperti seharusnya. Seharusnya balapan dilakukan di lintasan balapan dengan perlengkapan keamanan dan dilakukan oleh profesional bukan oleh anak SMA. Dalam sinetron ini tidak sedikit adegan balapan dilakukan di jalanan ibu kota.

Bayangkan saja jika sinetron ini kemudian ditiru oleh remaja atau anak anak muda yang tidak bertanggung jawab. Balapan ilegal akan marak dijalanan dan membahayakan nyawa orang lain dan dirinya sendiri.

2. Selesaikan Masalah Dengan Berkelahi & Balapan
Ada adegan dalam sinetron dimana tokoh utama memiliki masalah dengan salah satu geng motor yang kemudian berimbas perkelahian dan di selesaikan dengan balapan liar. Duh, coba bayangkan jika anak-anak SMA berkelahi dan melakukan balapan liar di jalanan perkotaan yang ramai penduduk seperti yang ada dalam sinetron tentunya akan sangat berbahaya.

3. Geng Motor Itu Keren

Geng Black Cobra , geng Bang Kobar, geng Menteng, geng Warrior, geng Serigala merupakan sebagian kecil nama-nama geng motor yang ada dalam sinetron tersebut. Geng motor digambarkan dengan anggota berseragam dengan motor yang bagus. Sinetron ini menunjukan bahwa keberadaan geng motor merupakan suatu hal yang keren dan dapat membuat seseorang lebih diakui.
Sebagaimana kita ketahui pihak kepolisian tentu sudah berupaya keras memberantas geng motor yang menjamur. Geng motor yang identik dengan balapan liar dan dilegkapi senjata tajam lambat laun sudah mulai terkikis eksistensinya. Namun dengan munculnya sinetron seperti ini yang notabenya banyak sekali di tonton, tidak menutup kemungkinan akan muncul geng motor baru dimana-mana yang akan meresahkan warga.

4. Kabur Dari Rumah

Dalam sinetron ini ada adegan dimana seorang perempuan, anak SMA diceritakan bertengkar dengan orang tuanya kemudian ia kabur dari rumah dan tinggal di kamar kos-kosan teman laki-lakinya.
Tentunya hal itu merupakan sikap yang sangat buruk dan tidak layak untuk dicontoh.

5. Pacaran Itu Hal Lumrah
Adegan anak SMA bermesraan dengan pacar, pakaian minim sepertinya bukan hal yang aneh. Sinetron bisa saja dijadikan trendsetter oleh para penontonnya yang juga masih abege! Sudah seharusnya adegan seperti itu dihilangkan!

6. Menyusun Rencana Jahat
“saya harus memikirkan rencana jahat”, “saya akan membuat dia menderita” kalimat khas sinetron di indonesia. Orang yang licik dan luar biasa jahat, mengeluarkan ribuan cara untuk membuat orang yang di benci menderita. Sepertinya sutradara sinetron di indonesia sudah terbiasa menyisipkan para karakter antagonis yang tidak masuk akal seperti ini.

7. Penjualan Sepeda Motor Naik 16%
 Michael C Tanadhi, Deputi Head Sales & Promotion, PT. Kawasaki Motor Indonesia mengatakan “Berkah. Kita tadinya takut dengan kondisi ekonomi, ternyata ketolong sinetron Anak Jalanan.” Oke, kondisi seperti ini mungkin menguntungkan pihak penjual. Tabi coba bayangkan jalanan akan semakin macet ditambah lagi! Kemudian bagaimana jika sebagian besar pembeli tersebut ternyata belum memiliki SIM atau pengendara di bawah umur, seperti yang digambarkan dalam sinetron ini. Tentu akan menimbulkan masalah baru nantinya.


8. Jam Tayang yang Berlebihan
Bagaimana sinetron ini tidak memberikan pengaruh bagi penontonnya, bayangkan saja, jam tayang sinetron ini tidak masuk akal. Dalam sehari sinetron Anak jalanan bisa tayang lebih dari 3 jam atau tiga- sampai empat episode berturut-turut. Mungkin rating yang tinggi menjadi alasannya guna mendapatkan keuntungan yang besar. Sebenarnya hal tersebut tidak menjadi masalah JIKA kontern dari sinetron ini mendidik dan memang baik untuk di tonton.


9. Ditegur KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga sudah melayangkan teguran tertulis terkait adegan kekerasan di beberapa episode Anak Jalanan. Seperti dilansir dari laman KPI, mereka menemukan sejumlah pelanggaran di episode penayangan 31 Desember 2015 pukul 20.09 WIB. Di episode tersebut memang menampilkan adegan pengeroyokan oleh sekelompok geng motor terhadap seorang pria hingga membuatnya jatuh pingsan

Sinetron produksi Sinemart tersebut dinilai melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 14 dan Pasal 21 Ayat (1) serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 15 Ayat (1) dan Pasal 37 Ayat (4) huruf a. Karena itu, KPI menjatuhkan sanksi administrasi berupa teguran tertulis untuk sinetron ini.

Saya kira tentu tidak sedikit remaja atau anak-anak kecil yang turut meyaksikan sinetron ini. Hurlock menjelaskan remaja berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah tersebut memiliki arti yang lebih luas, mencakup, kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Remaja yang memasuki masa transisi dan pencarian jati diri, belum memiliki kematangan secara emosional. Oleh karena itu bisa saja adegan kekerasan dalam sinetron ditiru.


10. Syuting di dalam masjid di nilai ganggu ibadah
Saat salah seorang pengunjung Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Resti, merasa terusik dengan ulah crew sinetron Anak Jalanan yang membuat kehebohan di dalam masjid. Resti menceritakan, Senin (25/1), melalui akun media sosialnya. Dia bercerita kejadian menjengkelkan ini bermula saat dirinya hendak mengajak Ibunya berkunjung ke TMII.
Resti dan ibunya pun sampai di TMII saat waktu sholat ashar, sekitar pukul 15.00 WIB. Resti pun bergegas menuju masjid untuk menunaikan kewajibannya sebelum berkeliling TMII. Sesampainya di depan masjid, Resti pun dikagetkan oleh keramaian orang, yang ternyata dipicu oleh adanya syuting sinetron Anak Jalanan di lokasi tersebut.

Dalam cerita yang dibagikan melalui akun Facebooknya, Resti mengaku tak menggubris dan tetap menjalankan ibadahnya. Tiba-tiba keributan semakin dekat menuju dalam masjid. Resti sempat menduga, mungkin mereka sedang jeda untuk melaksanakan  sholat. Ternyata pemeran yang kerap dipanggil Boy itu menumpang make-up saja di dalam masjid.
“Keramaian dan keributan makin menjadi, ketika si boy nya masuk. Ribut banget sumpah gangguin orang lagi sholat aja,” tulis Resti dalam ceritanya.

Karena semakin ribut, Resti pun memprotes salah satu crew syuting yang ada di tempat tersebut. “Mas ini kok make-up nya di dalam masjid. Kan masih banyak yang lagi sholat,” tanyanya kepada salah satu crew di lokasi tersebut.
Mendengar pertanyaan tersebut, crew syuting menjawab dengan nanda tinggi, dan mengatakan bahwa mereka memang sedang hendak melakukan adegan sholat. Namun, tindakan crew ini dinilai mengganggu orang lain yang sedang sholat di masjid tersebut.
“Kalau pun mau adegan sholat, kenapa make-up nya enggak di luar aja? Ganggu lho beneran,” pungkas Resti dalam postingannya tersebut.
  
  Remaja cenderung mencari “tokoh” panutan bagi dirinya terlebih jika ia tidak mendapatkannya dari kedua orang tuanya. Coba bayangkan jika tokoh panutannya tersebut adalah tokoh dalam sinetron seperti ini. Secara tidak sadar mereka mengikuti dan menjadikan tokoh fiktif dalam sinetron tersebut panutan.
Disini KPI yang seharusnya bersikap tegas. Teguran tertulis saja sepertinya tidak cukup, saya kira sinetron seperti ini lebih baik dihentikan karena banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positif.

Dikumpulkan dari berbagai sumber.




Deskripsi Iklan
Deskripsi Iklan


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 09.27

0 komentar:

Archive